b57476f8-ef48-440a-b100-003afe55d735

DEVELOPING AN EFFECTIVE BUSINESS PLAN : “How to Write a Winning Business Plan in the Era of Industry 4.0”

APARI, Jakarta 01 Oktober 2019 – Tidak terasa tahun 2019 hanya tinggal 1/4 tahun lagi, namun APARI konsisten untuk terus memberikan Inhouse Training dan Seminar guna terus meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan pengalaman para anggotanya.  Dengan mengambil tema DEVELOPING AN EFFECTIVE BUSINESS PLAN : “How to Write a Winning Business Plan in the Era of Industry 4.0” dan bertempat di Hotel Kartika Chandra, Jl. Jend. Gatot Subroto Kav. 18 – 20, Jakarta maka dilaksanakanlah IHT ini dengan pemateri Bapak Jerry Marmen, M.S, M.Ec., M.Mgt., Ph.D., beliau adalah seorang dengan pengalaman 29 tahun sebagai Dosen, Peneliti dan Konsultan Spesialis Perencanaan Strategis.

Ada 2 (dua) acara yang dilakukan APARI pada hari ini, yaitu IHT pada sesi pagi dan Wisuda Akbar 2019 pada sesi siang.  Dalam pemaparannya dihadapan sekitar 200 orang peserta seminar, Bapak Jerry Marmen menjelaskan bagaimana mengkombinasikan antara teori dan praktek serta pengalaman-pengalaman beliau dalam merancang dan mengembangkan rencana bisnis, khususnya pada perusahaan pialang asuransi.

Salah satu hal menarik yang dijelaskan beliau adalah bagaimana revolusi industri mulai ada dan berkembang dari Industry 1.0 (1784) yang ditandai dengan adanya penemuan permesinan, tenaga uap dan mesin tenun.  Industry 2.0 (1870) dengan adanya produksi massal, pabrik-pabrik pemasangan.  Industry 3.0 (1969) dengan automasi dari komputer dan elektronik dan Industry 4.0 (2011) yang ditandai dengan bangkit industri-industri yang bergerak melalui jaringan internet dan cyber system.

Pada bagian lain, beliau juga menjelaskan bagaimana sebuah rencana bisnis harus benar-benar dipersiapkan dengan baik dan dapat dipresentasikan kepada seluruh khususnya para pemegang saham dan investor.  Rencana bisnis yang kuat antara lain dapat menarik investor, memastikan ide-ide bisnis dapat berjalan, mengamankan dan-dana tambahan dan tentu saja menemukan rencana-rencana kontigensi apabila diperlukan.

JF/SIK/011019

TCI

TRADE CREDIT INSURANCE SEMINAR : The Risk & Effect of Increasing Insolvencies and The Impact on Indonesian Trade

APARI, Jakarta 07 Agustus 2019 – Memasuki bulan Agustus 2019 ini, APARI kembali melakukan In Inhouse Training bagi Anggota-nya dan juga terbuka untuk umum.  Bertempat di Grand Ball Room, Grand Hyatt Jakarta, Jl. MH. Thamrin Kav. 28 – 30 Jakarta Pusat.  Tercatat sekitar 125 orang Anggota APARI termasuk Undangan VIP menghadiri Seminar dengan nilai 30 SKP APARI dan 3 ANZIIF CIP.  Kegiatan IHT ini terselenggara atas kerjasama dan sponsorship dari Sompo Insurance dan Coface.

Seminar dibuka dengan Sambutan dari Ketua Umum APARI yang diwakili oleh Bapak Roy Kerry Kosasih dari Departemen Keanggotaan dan Kepatuhan dan Mr. Eric Nemitz, Chief Executive Officer PT. Sompo Insurance Indonesia.

Seminar yang terdiri dari 2 sesi ini di moderatori oleh Ibu Wiena Shakuntala, Vice President Financial Services Profesison Group, AoN Risk Solution.  Sesi-1  menampilkan 3 (tiga) pembicara, yaitu Bapak Ricky S Natapradja, Country Head TCI, PT. Sompo Insurance Indonesia yang memaparkan mengenai Sompo dan Kolaborasi Sompo Indonesia dengan Coface sejak pertama kali Sompo menjual produk ini Juli 2018.  Selain di Indonesia, Sompo dan Coface sendiri sudah berkolaboras dengan 3 (tiga) negara ASEAN lainnya, yaitu Malaysia, Singapore dan Thailand.  Beliau juga memberikan penjelasan lebih mendalam mengenai TCI, antara lain perbedaan antara Trade Credit Insurance dan Credit Insurance, bagaimana TCI bekerja dan hal-hal yang harus dilakukan jika terjadi klaim.

Sementara itu, Pembicara ke 2 (dua), Mr. Andrew Toh, Regional Head of Client Management, Asia Pacific / Act. Country Mgr. Indonesia & Philippines.  Mengenalkan lebih jauh mengenai Coface yang didirikan di Perancis pada tahun 1948.  Perubahan dan capaian apa saja yang diperoleh oleh Coface pada tahun 1992, 1994, 2006 sampai dengan 2014 Coface masuk dalam bursa saham Euronext Paris, beliau juga memberikan informasi mengenai capaian-capaian yang telah didapatkan Coface selama tahun 2018 lalu.

Sedangkan Pembicara ke 3 (tiga), Mr. Carlos Casanova, Economist, Asia Pacific, Coface.  Beliau membawakan topik Macro Economic Outlook for Indonesia and The Impact of Recent Insolvencies in ASEAN/APAC.  Menjelaskan bagaimana beliau melakukan Country Risk Assessment pada Semester ke 2 2019 sehingga mendapatkan peta mengenai risiko TCI di beberapa negara.  Metode yang dilakukan adalah dengan “One Assessment, Five Pillars, Many More Variables”.  Lima Pilar tersebut adalah Business Climate, Payment Experience, Macro Economic, Political dan Banking.  Terdapat 13 (tiga belas) industri yang di asses oleh beliau, yaitu Agri-Food, Automobile, Chemical, Construction, Energy, ICT, Metals, Paper, Pharmaceuticals, Retail, Textile-Clothing, Transport dan Wood.  Untuk Indonesia sendiri, hasilnya adalah energy, textile dan wood adalah risiko tinggi dan agrifood dan pharmasi masuk dalam risiko menengah.

Setelah coffee break, seminar dilanjutkan dengan sesi-2, dengan menampilkan Bapak Teddy Anggoro, FAMS & P Lawyers.  Beliau memberikan penjelasan kepada peserta mengenai Insolvency in Indonesia – Legal Framework.  Pemaparan beliau antara lain menjelaskan juga PKPU (Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang) dan Kepailitan, bagaimana prosedurnya, upaya-upaya hukum, tugas kurator, rencana perdamaian, restrukturisasi, voting dan homologasi terakhir karena beliau juga salah seorang dari tim amandemen UU Kepailitan dan PKPU, beliau menutupnya dengan memberikan sedikit penjelasan mengenai pokok-pokok perubahan tersebut.

Bapak Ricky Natapradja, kembali tampil pada sesi-2 ini dengan membawakan contoh kasus klaim yang pernah dihandle beliau Insolvency Claims Case Studies – “Never Too Big to Fail”.  Demikian juga dengan Mr. Andrew Toh, beliau juga kembali tampil dengan memberikan pemaparan mengenai Trade Credit Insurance, for Safer Trade, yang banyak mengulas mengenai apa itu TCI, bagaimana cara ia bekerja, risk prevention, indemnification, alasan-alasan untuk membeli polis TCI dan lain sebagainya.

Pada bagian akhir dari seminar ini ditampilkan seluruh Panelis untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dari selurh peserta, tercatat 8 (delapan) pertanyaan yang disampaikan oleh peserta, baik langsung maupun melalui secara online dan seminar ini juga disiarkan secara streaming pada channel APARI.

 

JF/SIK/070819

The Financial Institution of Pension Fund (DPLK) : A COMPLETE GUIDE

APARI, Jakarta – Sudah siapkah Anda untuk pensiun ?, apa saja yang perlu disiapkan dengan agar pada saatnya nanti, kita bisa menjalaninya dengan baik, sebaik saat kita masih bekerja ?  Itulah yang akan dibahas pada Inhouse Training kali ini.   Event kali terselenggara atas kerjasama APARI dan PT. AIA Financial yang pelaksanaannya, bertempat di Endurance Room AIA Financial 9th Fl., AIA Central, Jl. Jend. Sudirman Kav. 48A, Jakarta.

Hadir sebagai Pembicara pada Pelatihan kali ini adalah : Bapak Nur Hasan dan Bapak Syarifuddin Yunus dari Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan dan Bapak Andre Varian dari PT. AIA Financial.

 Didalam Sambutannya, Ibu Erna Wijaya, Chief Corporate Solusions PT. AIA Financial menyampaikan bahwa tujuan, edukasi program pensiun sejalan dengan perkembangan industry dan menambah wawasan mengenai program-program yang ada saat ini.

Sedangkan Bapak Bambang Suseno, Ketua Umum APARI mengisahkan bagaimana ide awal dari membuat IHT kali ini yang berasal dari obrolan ringan mengenai rencana pensiun dengan sesama rekan Pengurus APARI yang ternyata tidak mudah untuk menentukannya sesuai dengan jargon “bagaimana nanti-lah” atau “nanti bagaimana?” menjalani masa pensiun.

Selain itu juga sebagai Professional yang menjadi Partner Tertanggung dalam pengelolaan Asuransinya, tentulah ilmu dan informasi dalam Pelatihan ini tentunya akan dapat membantu klien (Tertanggung) untuk memberikan advise dan awareness mengenai pensiun.

IHT kali ini terdiri dari 2 (dua) Sesi, yaitu sesi pagi dan sesi siang.  Sesi pagi dihadiri oleh sekitar 65 (enam puluh lima) peserta Anggota APARI dan pada sesi siang diikuti oleh sekitar 30 (tiga puluh) Anggota.

Syarifudin Yunus, Kepala Bidang Humas Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan Indonesia (DPLK) : Optimizing Pension Program

Mengawali penjabarannya beliau menginformasikan bahwa saat ini di Indonesia, terdapat 25 Institusi yang menyelenggarakan DPLK, yaitu 19 dari Perusahaan Asuransi Jiwa dan 6 dari Perbankan.  Beberapa fakta yang diungkapkan oleh beliau bahwa saat menjalani pension, orang-orang Indonesia mengalami masalah, yang antara lain : tabungannya hanya cukup untuk 11 (sebelas) pekan saja, 70% orang Indonesia yang sudah pensiun mengalami kesulitan keuangan dan ternyata 73% (tujuh puluh tiga persen) orang yang sudah pensiun bergantung pada orang lain, 18% (delapan belas persen) bekerja kembali sementara hanya 9% (Sembilan persen) saja yang menikmati masa tuanya.

Adapun ketentuan Perundang-undangan dan Pembukaan Dana Pesangon di Indonesia antara lain diatur dalam UU 13/2003 tentang Ketenagakerjaan dan Akutansi Imbalan Pasca Kerja PSKA 24.  Undang-Undang Ketenagakerjaan menyatakan bahwa “dalam hal terjadi pemutusan hubungan kerja, pengusaha diwajibkan membayar uang pesangon dan atau uang penghargaan masa kerja dan uang penggantian hak yang seharusnya diterima”, sementara PSAK 24 menyatakan “perusahaan wajib mengakui, mencatat dan mengungkapkan dalam laporan keuangan mengenai kewajiban dan beban atas imbalan-imbalan kerja termasuk pesangon Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)”.

Lebih jauh beliau juga menjelaskan mengenai mengenai pendanaan pensiun karyawan saat ini, dimana terdapat 2 (dua) hal utama yaitu secara Pay As You Go (PYAG) dan Fully Funded, yang keduanya mempunyai karakterisktik dan sifat yang jauh berbeda bahkan cenderung bertolak belakang.

Penyampaian yang berjalan dengan suasana santai dan diselengi beberapa candaan ini, antara lain memberian solusi bahwa untuk mengantisipasi kebutuhan keuangan pada saat pensiun nanti adalah dengan jalan melakukan investasi pada DPLK, karena DPLK akan memberikan manfaat baik kepada Perusahaan maupun kepada Karyawan, antara lain : bagi perusahaan menghindari masalah cash flow, sedangkan bagi Karyawan jaminan kesinambungan penghasilan, sebagai “kendaraan” untuk mendanai kewajiban Perusahaan terhadap UUK 13/2003 dan menjadi pendanaan yang pasti bagi Karyawan, serta beberapa manfaat yang lain.

Andre Varian, Portfolio Manager, PT. AIA Financial : Investment Profile & Market Outlook

Tampil pada sesi kedua di di pagi hari, Bapak Andre mengawali penyampaiannya dengan informasi mengenai profile AIA; bagaimana AIA Financial yang berdiri di Shanghai pada tahun 1919 tersebut bisa menjadi besar hadir pada 18 Negara di Asia – Pacific dan mempunyai asset lebih dari USD 230 Milyar pada 31 Desember 2018.

Selanjutnya beliau juga membahas mengenai Investment Philosophy and Process yang ada di AIA Financial Beberapa hal yang menjadi topik pembahasan dari beliau antara lain adalah Investment Philosophy (preservation of capital, safeguarding policyholders’ interest and optimize shareholders’ value), dan terus sampai kepada pembahasan mengenai Investment Governance Framework serta ditutup dengan Market Outlook & Market Review, yang menjelaskan juga bagaimana hubungan masa-masa kampanye dan sesudah Pemilihan Umum di Indonesia dan dampaknya terhadap pasar.

Nur Hasan, Ketua Umum Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan Indonesia (DPLK) : Optimizing Pension Program

Setelah istirahat makan dan sholat, sesi dilanjutkan kembali mengenai DPLK, sesi ini materinya sama dengan sesi pagi, namun kali ini yang memberikan Pelatihan adalah Bapak Nur Hasan sendiri, sebagai Ketua Umum Perkumpulan DPLK.  Sesi siang ini diperuntukkan untuk Anggota APARI yang hadir pada siang hari.

JF/SIK/250419